KL Rapid
Sebagai sarjana teknik lulusan Planologi ada semacam moral obligation buatku untuk mengamati Mass Rapit Transit yang ada di Kota Lain, Pulau Lain, Negara Lain. Untuk masalah kota lain di Indonesia..secara umum sarana transportasi massal di pulau jawa hampir sama, hanya di kota-kota besar dengan density yang tinggi memilki mass rapid transit berupa kereta komuter, dan untuk Jakarta as capital city_ada dua mass rapid transit (exclude bus kota) yaitu busway dan KRL.
Ngomongin soal negara lain, mau ga mau aq pengen sedikit membandingkan transportasi di negeriku yang yeah tidak bisa dibilang nyaman untuk para penggunanya whether captive or choice rider.
Saat kemarin aq berkujung ke KL, yang merupakan capital city dari tetangga Indonesia, selama 5 hari 4 malam aq tidak berhenti menggunakan LRT (light rapid transit/monorail), Rapid KL, Kelana Jaya,Komuter, express train (ups jangan khawatir semua terintegrasi)..seluruh alat transportasi tersebut aq jamin nyaman dan aman (walo sempet kehilangan passport di Rapid KL (bus) tapi smua karena kelalaian diri sendiri).
Hari pertama aq tiba di KL, aq langsung naik bus LCCT bus yang berwarna merah dan terletak di ujung bandara LCCT untuk mencapai KL Sentral (pusat seluruh transportasi terintegrasi di KL). Aq cukup mengeluarkan uang RM 9 (sekitar 27 ribu), namun pada hari kedua aq baru sadar ada bus pesaing bus air asia tersebut yang menawarkan harga RM 8, kedua-duanya sama-sama nyaman dan aman. Sesampai di KL Sentral saya ambil kereta tujuan pasar seni yang membutuhkan koin RM 1 (3000 rupiah). Bagi yang ingin cari oleh-oleh di dekat stasiun pasar seni ada central market yang menawarkan segala jenis barang-barang made in malaysia (dan beberapa thailand, ada juga batik pekalongan :D). Nyaman sekali belanja disini, karena suasananya hampir seperti Bugis Junction, jangan dibayangkan yang namanya central market kayak pasar turi ya...far from that ;p. Namun menurutku belanja disana lumayan aga mahal (ada tempat yang lebih murah). selain itu di dekat pasar seni terdapat petaling street yang merupakan pecinan. Di petaling street ini seperti kya-kya di surabaya, namun yang dijual bukan hanya makan, namun segala macam barang dijual disini, tas LV, kacamata ray ban (smua adalah barang aspal yang bagus kualitasnya), dan jika pandai menawar, maka kamu bisa untung besar disana :D
Kembali ke mass rapid transit (MRT). Ada yang membuat saya tergelitik selama distasiun (almost everywhere) bahkan di eskalator pun semua orang queue dengan rapi. Jika kamu tidak berjalan cepat, kamu ambil sebelah kiri, kosongkan sebelah kanan untuk mereka yang sedang terburu-buru. Aq lihat semua bule dan penduduk asli terbiasa queue seperti itu, dan hanya orang indonesia yang bergerombol dan mengambil lahan seluruh eskalator sehingga orang-orang tidak bisa berjalan di sebelah kanan. *bad behaviour nomor 1
KEmbali ke MRT, interion didalam MRT dibuat senyaman mungkin untuk perjalanan pendek. Kursi terbuat dari plastik di cat warna-warni (bahkan ada yang polkadot dan bagusnya smua harmonis), dan terdapat pembagian zona tempat duduk. Terdapat zona khusus untuk pelajar, cona untuk kaum emas (orang tua) dan kalangan tidak mampu (cacat). Walaupun kondisi kereta penuh sesak, , namun kursi untuk golongan emas dan tidak mampu aq lihat separo kosong...karena nyatanya penumpang di situ cukup menghargai diri sendiri untuk tidak mengkategorikan mereka yang sehat dalam kaum tua atau cacat *good behaviour. Ini membuat aq agak miris, temenq yang di jakarta setiap hari naik KRL express akhir2 ini sewot karena gerbong 1 dan terakhir dikhususkan untuk cewe (karena maraknya kasus pelecehan seksual), dia bilang "apaan uda dipisah tapi tetep aja cewe ada di gerbong 2,3,4,dan 5" Aq cuma bisa geleng2 kepala dalam otaknya yang "sempit", cewe hanya boleh naik gerbong 1 & 6, sementara 2-5 adalah cowo, sementara penumpang cewe jumlahnya lebih banyak...apakah ini salah persepsi karena pesan yang disampaikan KAI salah atau temanku yang terlalu narrow? dunno hehehe....
Ada lagi kereta yang paling aq sukai di KL...yaitu KLIA express, transportasi khusus menuju LCCT. Keretanya sangat bagus dengan interior dominan ungu dan putih (i like the colours). tempat duduk dibuat lebih empuk dan terdapat banguku satuan, berdua dan berempat, denganmini LCD tersebar merata. Walaupun agak mahal RM 12,50, rasanya tidak sayang penumpang mendapatkan kenyamanan dalam 40 menit perjalanan dalam kereta. Namun sayangnya, setelah naik kereta penumpang di transit (sudah 1 tiket terusan) dengan bus yang sebenarnya cukup nyaman. Kereta tidak sampai mengantarkan ke LCCT dikarenakan belum ada jaringan kesana, mungkin next time aq sih berharap kereta juga terintegrasi dengan bandara.
Well, satu poin penting menurutku...aq sangat tidak masalah pulang pukul 11 malam dan memakai kereta di KL, karena luckyly there are no free-man there, and no dark station..bayangkan dengan komuter di surabaya.
So, government...layak kalau orang indonesia lebih suka keluar negeri daripada ke pariwisata di indonesia, aq sih tidak mendukung, namun dalam perspektif mereka yang mampu memilih kemanapun mereka mau dnegan kenyamanan yang tinggi, kupikir lebih baik pergi dari jakarta ke KL daripada Jakarta ke Surabaya (walo dnegan tawaran sale yang harganya ga jauh2 amat) mana ada air asia lagi..;p
Comments
Post a Comment