Golden Age
Hari Jumat adalah hari makan siang terpanjang dalam 5 hari kerjaku. Kesempatan ini biasanya kugunakan untuk mengajak teman kantorku yang agak 'tweetie' untuk mengentertain satu setengah jam makan siangku. Jumat kemarin, aq berhasil mengobrol sedikit serius dan kira-kira beginilah hasil pembicaraan 2 cewe yang otaknya sedangkan terkontaminasi fastfood as their daily meal:
Ellen : Lo knapa tweetie, tumben diem?
Tweetie : Gw bete (sambil memencet-mencet saus dalam plastik)
Ellen : jiah salah ajak temen lunch ni pasti tengkar lagi ma cowonya (dalam hati)
Tweetie: Jadi semalem gw ngobrol serius sama si sylvester (nama cowonya-well sejak kapan yah sylvester n tweetie pacaran?) ngomongin tentang masa depan gw ma dia. Minggu depan dia penempatan, gw takut kalo dia jauh dari Jakarta, gw ga mau long distance relationship (baca:LDR), sementara gw ga mau kalo harus ikut dia, gw sih saranin dia yang keluar dari B*I tapi dia ga mau.
Ellen ; Yah, dia susah-susah setahun ikut ODP, masa lo suruh keluar?
Tweetie : Masalahnya gini, career path gw lebih jelas daripada dia, gw ga mau nungguin dia 5 tahun sampe dia selese ikatan dinasnya, gw cewe, gw ga mau menikah di usia late 20. Nah, gw bingung gw mau yang pasti-pasti aja dong, usia gw sekarang 2*, tahun ini ato paling lambat tahun depan gw harus S2 overseas, pulang dari S2 gw harus nikah, gw punya anak usia 2*, gw ga mau time schedule gw mundur. Lo tau kan usia kita ini usia GOLDEN AGE?/
ellen : (thinking) bukannya usia emas itu 50 ke atas ya? (refer to golden civilant-usia lanjut)
tweetie : Maksud gw, usia qta ini usia produktif, saat-saat ini lah qta menentukan fondasi hidup qta, mau jadi apa qta, seberapa kaya qta nanti, seberapa sukses karir qta nanti, harus dibangun mulai sekarang. aq ga mau seharipun tersia-siakan.
OPS!!!just like my latest post about wasting my time- sepertinya temanku yang satu ini punya jalan pikiran yang berseberang jauh dengan cara berfikirku. Dimana aq menikmati setiap waktu yang aku lalui dengan do nothing, sementara dia berfikir time is valuable money. Well, seluruh argumen yang dia utarakan make sense. Aq ambil contoh, ada beberapa teman-teman kakakku yang menghabiskan usia 20-an nya hanya untuk hura-hura, bekerja ga jelas, dan ketika usia mereka menginjak 30- mereka belum memiliki apa-apa, sementara teman-temannya sudah memiliki lil-happy family-lil prestigious car and house. Hmmm....I'm definitely agreed with her that our age is the Most 'deciding' age, saat krusial qta menentukan arah hidup qta! but wait, since qta di SMA, saar itu juga saat krusial menentukan arah hidup qta, bahkan every time when we make decision, itu juga yang menentukan akan jadi manusia seperti apa qta.
Usia 20-an memang usia produktif, aq mengakui tapi again, we must balanced it, we enjoy our time with responsibilities. Mungkin nanti, ketika usiaku 40-something dan aku melihat si tweetie, arah hidup kami akan sangat-sangat berbeda. Aq dengan value time with enjoy it, sementara dia yang valued time with less-wasted it.
Well, aq juga ingin melanjutkan studi-ku dan stepping above in my career before 30, just like her. Tapi aq tidak ingin mengketatkan jadwal hidupku dan tidak fleksibel dalam mengaturnya. every one has master plan of their life in their mind. The difference is how we organized the time scheduled, are we freaky strict? are we open-minded while view the wind of change or we just hang the master plan high upon the sky almost never try to reach it.
Just want to convinced here, i am agree that this age is my glorious moment to make a huge and important decision in my life, but the decision is not something that we prepare it first without knowing what the next situation might bring. We just prepare the masterplan-which is content of policy instead of procedure. So lets make our masterplan, keep try to stick to it, and open minded with the change of our life, because the only constant thing in this life is changement. :)
keep flexible,keep wasting time...
Good Luck... semoga yang dicita-citakan terkabul...Amin :)
ReplyDelete