Derawan Island
Rayuan Pulau Maratua |
Long weekend bulan Mei 2016 lalu merupakan perayaan pernikahan kami yang kedua. Karena merasa sangat sentimental dengan laut, kami memutuskan merayakannya dengan beachversary.
Tema beachversary kali ini adalah tergoda oleh rayuan pantai Indonesia. Sebenarnya sejak tahun lalu kami bertekad untuk lebih mengeksplore Indonesia, namun karena halangan cuti dan waktu, baru tahun ini kami bertekad mewujudkannya.
Awalnya, kami galau memilih antara Pulau Weh atau Derawan. Berhari-hari browsing dan ujung-ujungnya masih galau, akhirnya kami memilih yang paling realistis (baca:budget saat itu) dan pertimbangan bucket list yang harus segera diperpendek, akhirnya kami memutuskan untuk ikut open trip yang terdaftar di kaskus (which turns out sangat recommended-tell you later).
Peta Pulau Derawan dan sekitarnya |
Pulau Derawan terletak di antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, tepatnya di antara Kabupaten Berau (Kaltim) dan Pulau Tarakan (Kaltara). Pulau cantik ini menjadi sangat terkenal bahkan secara internasional karena beningnya air laut dan keaneragaman hayati bawah lautnya. Sedangkan untuk saya, rasa penasaran tentang kepulauan di Kalimantan ini muncul saat membaca buku Supernova : Partikel ketika sang Heroine menjelajahi tanah borneo. And to be honest, this is the first time stepping my feet on Borneo Island.
The Famous Crystal Clear Water of Derawan Sea |
Untuk mencapai pulau indah ini, dapat ditempuh melalui dua cara antara lain melalui Pulau Tarakan atau Kota Berau. Perbedaannya, cukup signifikan antara lain:
- Pulau Tarakan (Kaltara). Perjalanan dari Soekarna Hatta International Airport ditempuh kurang lebih sekitar total 4 jam untuk mencapai Juwata Airport, Tarakan, ditambah dengan waktu transit di Balikpapan (1 jam transit). Kemudian dari Juwata Airport, dapat ditempuh dengan mengendarai mobil (taxi or carter) sekitar 10 menit menuju pelabuhan Tarakan. Sesampai di pelabuhan, harus ditempuh lagi mengendarai speed boat selama kurang lebih 3-3.5 jam (tergantung kondisi laut) untuk mencapai Pulau Derawan. Kelebihannya, rute ini relatif lebih murah untuk tiket pesawat terbang, sementara untuk carter boat-saya dengar kurang lebih sekitar 2 juta rupiah per hari.
- Kota Berau. Dari Jakarta menuju Berau ditempuh selama 4-7 jam (tergantung maskapai dan lama transit), kemudian setelah mendarat di Berau, perlu perjalanan darat selama 3 jam untuk sampai ke pelabuhan yang akan menyebrangkan penumpang ke Pulau Derawan. Namun, perjalanan laut ditempuh relatif lebih pendek yaitu hanya sekitar 45 menit . Jelas rute ini recommended untuk mereka yang menghindari perjalanan laut terlalu lama, dengan pertimbangan biaya yang sedikit lebih banyak daripada melalui Tarakan.
Pesona Jamrud Khatulistiwa di Pulau Derawan |
Actually, perjalanan laut tersebut menakutkan pada awalnya. Terutama ketika saya duduk depan sendiri dan melihat betapa tingginya ombak di hadapan saya. Kebetulan saat berangkat, kondisi laut sedang cantik-cantiknya. Hijau, biru, kemudian hujan deras, ombak tinggi dan pada akhirnya beberapa kali kami melihat pelangi di atas laut. Ketika perut berkompromi, truthfully 3,5 hours is merely something!
The Great Deal of Vitamin Sea. |
Berangkat dari Jakarta sekitar pukul 6 atau 7 pagi (saya lupa) kemudian setelah melewati perjalanan jauh udara, darat dan laut, akhirnya kami tiba sekitar pukul 4 sore di Lapauta Resort-Pulau Derawan. Berangkat bersama sekitar 13 orang lainnya dalam satu boat, reaksi pertama kami melihat warna hijau laut adalah Wah-Oh-Wow (just that but not breath taking enough). Saat kami tiba kebetulan permukaan air laut sedang pasang sehingga kami belum melihat secara jelas terumbu karang di dasar laut, dan warna lautnya agak keruh.
Lapauta Resort adalah resort yang OK. Memenuhi basic fasilities seperti kasur, kamar mandi, dan AC, namun jangan harapkan kemewahan atau bahkan sekedar televisi. Kamar pertama yang kami dapat, no.22 kebetulan berada di lantai dasar dan mendapat rejeki kamar mandi bocor dari kamar mandi atas. Alhasil kami harus mengungsi ke kamar no.24 dengan fasilitas yang sama dengan kamar no.22
Lapauta Resort berada di Pulau Derawan, dan uniknya karena posisinya yang jauh dari pulau utama, pulau Derawan sering menghadapi black out. Terutama pada hari-hari dimana turis memenuhi pulau kecil ini. Jadi biasanya setelah jam 7 malam, resort akan menyalakan generator untuk mensuplai listrik di resort, dan hal itu juga berlaku untuk jaringan sinyal telepon. Selama beberapa malam, sinyal operator tertentu menjadi no signal at all sampai pagi.
Sunset di Lapauta Resort (tertutup gumpalan -gumpalan awan) |
Derawan Dive Resort |
Untuk mencari makanan di pulau ini juga relatif mudah dan tidak mahal seperti di Gili Trawangan. Kondisinya hampir sama di Gili, tidak ada trotoar bahkan jalan aspal. Namun di Pulau Derawan terdapat sepeda motor untuk transportasi warga. Dan satu-satunya ATM bank Kaltim berada di dekat pasar tradisional.
Beberapa rumah penduduk menyediakan makanan pokok seperti warung indomie atau nasi kuning untuk sarapan. Alternatif makanan ini menjadi sangat penting terutama jika pengunjung terlanjur memilih paket makan menjadi satu dengan penginapan yang disediakan oleh Resort. Menu yang selalu hampir sama ikan ini ikan itu dan Payau (semacam daging rusa), membuat Indomie menjadi sangat dirindukan.
Namun tujuan kami ke Pulau Derawan memang bukan untuk liburan cantik, seperti berjemur di resort sambil membaca buku. Jadi, dengan total tekad kami akan menjadi Dora, mengeksplor pulau-pulau eksotik di daerah Derawan. Berikut beberapa aktivitas dan tempat tujuan yang telah kami eksplore
1. Maratua Island
Salah satu pulau yang sangat terkenal di Derawan adalah Pulau Maratua. Ditempuh selama 1 jam perjalanan boat dari pulau Derawan, Maratua jelas salah satu pulau yang wajib dikunjungi. Di dalam pulau Maratua, terbangun Maratua Paradise Resort, salah satu resort mewah dengan tingkat okupansi cukup tinggi.
Ketika boat kami mendekat di dock Maratua Resort, untuk kali ini saya benar-benar kehilangan nafas. Hamparan lautan biru dan hijau, dipadu dengan putihnya pasir dangkal membuat mata saya berair karena semangat. Melebih semua itu, saya bahkan bisa melihat ikan besar-besar berenang bebas dengan mata telanjang.
`
Untuk pengunjung yang tidak menginap di Maratua Resort bisa mengujungi resort ini secara gratis, bahkan akses dibuka sampai ke pantainya, kecuali anjungan tempat kamar-kamar tamu berada. Untuk non penghuni juga diperbolehkan duduk di cafe meskipun minuman yang boleh dibeli hanya terbatas pada soft drink.
Kami berputar-putar di daerah resort, tanpa snorkling karena kondisi laut sedang surut dan bahkan kami bisa melihat karang maupun ikan dengan mata telanjang. Kami berjalan-jalan sampai ke ujung terjauh resort termasuk bagian konstruksi pondasi kayu.
Resort ini sedikit banyak mengingatkan saya pada Maldives. Satu pulau ekslusif ditempati oleh resort mewah. Awalnya, kami berniat menginap di Maratua Resort dan berangkat sendiri dari Jakarta namun setelah dihitung-hitung, biaya per pax dan boat bisa mencapai 3x lipat per orang dari biaya yang kami keluarkan jika mengikuti open trip. Karena itu kami memilih menjadi realistis.
The Crystal Clear Water |
Pemandangan pantai di Maratua memang super indah, breathtaking and insanely blue !Even it is comparable with Maldives!!! Kami berputar-putar di pulau sepanjang 2 jam dan tidak merasa bosan sedikitpun dengan pemandangan hijau pantai. Jelas Maratua Island adalah salah satu pulau terbaik yang pernah saya kunjungi.
2. Kakaban Island
Sekitar 20-30 menit perjalanan boat dari Maratua Island, terdapat pulau indah habitat non-stingy jellyfish, Kakaban Island. Salah satu hal yang tersohor dari Kakaban Island jelas adalah berenang bersama dengan ubur-ubur jinak.
Ubur-ubur tersebut berenang bebas di sebuah danau air asin yang ada di dalam Kakaban Island. Setelah mendarat di bibir pantai, pengunjung harus berjalan sekitar 700 meter menaiki dan turund ari tangga kayu (yang licin saat hujan) untuk menuju danau tersebut.
Entah karena telah terkenal dan terlalu banyak pengunjung, danau itu menjadi agak keruh. Warnanya hijau, namun kami tidak bisa melihat kedalaman maupun kejelasan air danau.
No-stingy jelly fish |
Awalnya, saya agak ragu untuk berenang karena airnya keruh. Kemudian saat melihat ribuan ubur-ubur kecil berenang di permukaan, saya tahu harus segera mencebur.
Sejujurnya, saya agak takut menyentuh ubur-ubur karena beberapa pengunjung mengaku merasa gatal-gatal setelah berenang. Jadi sepanjang berenang saya mencoba menghindara ubur-ubur instead of memegangnya.
Kami berenang selama sekitar 20 menit kemudian pergi kembali ke bibir pantai untuk menghabiskan makan siang. Pantai di pulau Kakaban sendiri tidak stunning seperti di Maratua. Apalagi kami datang saat pantai super surut. Jadi tidak ada yang istimewa dari Kakaban island selain jelly fish tersebut.
Setelah menghabiskan makan siang, kami mengendarai boat dan berhenti tidak jauh dari pulau. Kata guide kami, tempat kami berada merupakan salah satu best snorkeling spot di Derawan. Awalnya agak ragu karena arusnya yang super kencang, namun kami tetap menceburkan diri, dan sama sekali tidak kecewa. Bahkan sangat puas!
Salah satu yang kami temui di Kakaban Island |
Kebetulan tempat kami snorkeling merupakan sea wall yang sangat dalam. Agak lebih dalam dari tempat kami berenang, terlihat ribuan ikan sedang berkeliaran. Bermacam-macam ikan dan berwarna-warni membuat spot itu mengundang sekali untuk didatangi.
Titik-titik buram itu sesungguhnya ikan di Kakaban Island |
Sayangnya, karena kemampuan berenang dan underwater photography saya yang super terbatas, saya hanya bisa menyajikan hamparan titik-titik yang seharusnya adalah ikan :D seperti di foto
Kami berenang selama 20 menit kemudian kelelahan karena ombak menyeret kami semakin jauh.
3. Sangalaki Island
Tidak jauh dari Kakaban Island, sekitar 10-15 menit perjalanan boat, terletak pulau kecil bernama Sangalaki Island
Pasir putih dan laut berwarna baby blue |
Satu hal yang membuat saya terkadang kecewa dengan tempat-tempat wisata di Indonesia adalah minimnya fasilitas umum yang tersedia untuk pengunjung. Either dikelola oleh swasta atau perorangan dengan menetapkan tarif tidak masuk akal, terkadang fasilitas umum yang disediakan pemerintah terbengkalai dan tak terawat. Say simple thing yet very essential like toilet. Sebuah fasilitas dasar yang bahkan tidak bisa dipenuhi oleh jasa tourism. Di poin tersebut, saya menjadi sedih karena terasa kalau kita telah dianugerahi begitu banyak wisata alam yang super indah namun tidak dikelola dengan baik. Sepertinya, pariwisata di Indonesia menjadi no service touch which means it doesnt meant to be treated as repeated destinations.
Aside keluh kesah saya karena ingin buang air kecil tapi gagal, pantai di pulau Sangalaki jelas sangat indah. Pasir putih dan ombak yang tenang bisa menjadi pilihan untuk keluarga bermain-main di bibir pantai, atau bagi seorang penulis untuk mencari inspirasi diiringi suara debur ombak menggulung-gulung.
4. Pulau Gusung
Sekitar 10 menit dari Lapauta Resort, terdapat pulau kecil tidak berpenghuni yang akan tenggelam saat air laut pasang, yaitu Pulau Gusung. Karena keistimewaannya itu, pulau ini agak susah untuk dikunjungi dan once in there, it is definitely worth a visit.
Khas pulau-pulau di Derawan, Pulau Gusung memiliki hamparan pasir super putih dan halus dipadu dengan lautan berwarna jamrud. Tergaris oleh horizon, terbentang langit super biru dengan siratan awan-awan lembut berwarna putih.
Pulau ini jelas sangat fotogenik sehingga membuat teriknya matahari tidak membuat pengunjung gentar untuk bermain dalam suhu 33 derajat celcius.
Selama di sini, kami menghabiskan waktu untuk mengambil foto sebanyak mungkin, dengan berbagai pose.
All team |
Balancing life :) |
Taken with different camera at Pulau Gusung |
5. Melihat Shark Whale
Sekitar pukul 5 pagi waktu setempat, kami dibangunkan oleh guide kami untuk melihat Shark Whale. Terburu-buru dan panik, kami bahkan tidak sempat meminum doping (baca: antimo). Perjalanan menuju spot dari Lapauta Resort ditempuh selama sekitar 20 menit.
Menurut Guide kami, biasanya ikan paus hiu muncul sebelum matahari terbit untuk meminta makanan pada orang-orang yang ada di Bagan. Bagan adalah sebuah kapal penangkap ikan dengan cara menebarkan jala lebar di atasnya.
Bagan |
Kami menunggu cukup lama terombang-ambing di atas air menunggu si paus hiu muncul dari gelap gulita sampai matahari mulai muncul di balik horison. (Selama menunggu tersebut, berhasil membuat saya mabuk laut). Beberapa nelayan di atas Bagan mencoba memancing dengan melemparkan ikan, namun yang ditunggu tak jua muncul.
Sunrise di tengah lautan |
6. Derawan Island
Setelah berhari-hari hopping island, kami akhirnya memutuskan untuk mengeksplore pulau cantik bernama Derawan. Tidak jauh dari resort kami, terletak resort mewah yaitu Derawan Dive Resort. Berbagai water sport ditawarkan di sana seperti banana boat, jet ski bahkan donat.
Namun terlepas dari semua itu, di permukaan laut Derawan Dive resort juga memiliki keindahan yang luar biasa. Saat menceburkan diri ke perairan, kami bisa melihat terumbu karang dalam posisi dangkal yang masih utuh dan berwarna-warni.
Mengejutkannya lagi, tepat di bawah konstruksi resort, ribuan mungkin ratusan ribu ikan berkumpul dan nampak berenang bebas tanpa takut diantara manusia. Sekilas, bahkan kami bisa melihat kura-kura berenang ke tengah lautan.
Ribuan ikan warna-warni di Derawan Dive Resort |
Terumbu Karang di Derawan Dive Resort |
Namun satu hal yang juga perlu diperhatikan, saat kami berada di sana, salah satu pengunjung melihat ada ular laut yang berenang sangat cepat dan dekat dengan manusia. Jadi kami juga harus berhati-hati saat berada di lautan lepas.
Selfie is a must, right? |
Yet, it is very recommended to go there!See my video for assurance!
P.S. the total cost to go there is only IDR 4.7 million per pax for 4D3N (during long weekend). Totally worth it!!!!!!
Contemplating for my next destination |
Comments
Post a Comment